Berkebun di mana saja

Kamis, 05 Maret 2015

Ayo Menanam Paprika Hidroponik!

Paprika merupakan tanaman hortikultura yang relatif baru dikenal oleh masyarakat Indonesia.  Penggunaan paprika dewasa ini umumnya masih sebagai peyedap atau komponen masakan luar negeri, seperti cah paprika dan paprika cam­pur sosis.  Paprika segar kerapkali juga dijadikan salad.

Paprika memiliki volume ekspor yang besar dan stabil, yaitu ke Negara Taiwan, Brunai Darus-salam, dan Singapura.  Hal ini berarti paprika memiliki prospek cerah.  Peluang pasar di dalam negeri dan luar negeri masih terbuka lebar.

Penanaman paprika terus dikembangkan karena adanya permintaan pasar yang terus meningkat.  Di sentra produksi paprika, seperti Cimahi, petani paprika belum mampu memenuhi seluruh permintaan pasar.  Di samping itu, peningkatan kebutuhan pasar luar negeri juga semakin meningkat. Salah satu eksportir sayuran (PT. Prestasi Agro Indonesia) menyatakan bahwa dalam waktu satu minggu  mereka harus menyediakan 10 ton paprika segar.  Hingga saat ini kebutuhan tersebut masih belum dapat dipenuhi.  Dengan adanya pasar yang jelas, maka usahatani paprika tidak akan mengalami kerugian.  Di samping itu, harga paprika juga relatif lebih tinggi dibandingkan harga cabai lainnya. 

Paprika sulit dibudidayakan secara konvensional di tanah karena sulitnya teknik pelaksanaannya, misalnya bedengan perlu disterilkan de-ngan memasukkan uap air ke dalam bedengan selama delapan jam dengan suhu 75oC. Budidaya secara hidroponik merupakan cara yang bisa dilaksanakan untuk mengatasi kendala budidaya secara konvensional. Naungan (greenhouse) mutlak diperlukan untuk penanaman paprika di musim hujan. (Prihmantoro dan Indriani, 2003).  Tanaman paprika merupakan jenis cabai yang lebih sulit dibudidayakan dibandingkan cabe rawit, cabai merah, cabai keriting dan cabai-cabai hias yang lain (Harjono, 1996), sehingga paprika banyak diusahakan secara hidroponik.  Dengan perawatan intensif satu tanaman paprika pada sistem hidroponik dapat menghasilkan 2,5 kg buah/ tanaman, sedangkan jika ditanam di tanah hanya menghasilkan 1 kg buah/tanaman.

Konsentrasi nutrisi sangat menentukan berhasil atau tidaknya budidaya paprika secara hidroponik. Petani hidroponik di Belanda selalu mengubah konsentrasi nutrisi secara teratur yang disesuaikan dengan varietas tanaman dan lingkungan setempat. Panduan pemupukan hidroponik hanya sebagai patokan dasar  (Untung, 2000).

Nutrisi A & B mix merupakan nutrisi siap pakai untuk berbagai jenis tanaman.  Kepekatan atau konsentrasi nutrisi ini perlu disesuaikan dengan varietas, daerah, iklim, dan media. Konsentrasi nutrisi tidak bisa distandarkan/disamakan. Pada setiap situasi dan kondisi yang berbeda harus dicari konsentrasi yang optimal bagi tanaman.

Tahap Penanaman Paprika
1.Persiapan Media Persemaian
Media semai terdiri atas campuran pasir, sekam bakar, dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1:1.
2.  Fumigasi Greenhouse
Kegiatan fumigasi dilakukan satu minggu sebelum bibit ditanam, setelah polibag diletakkan di dalam greenhouse. Fumigasi (dari bahasa Inggris fume yang berarti asap), adalah sebuah metode pengendalian hama menggunakan pestisida. Dalam proses ini, sebuah area akan secara menyeluruh dipenuhi oleh gas atau asap, membunuh semua hama didalamnya. Metode ini dapat membunuh hama yang hidup di dalam struktur bangunan, misalnya rayap.
3.  Persemaian
Benih direndam selama 20-24 jam, kemudian benih dikecambahkan. Sebelum benih disemai, media di dalam pot disiram dengan air hingga basah dan dibuat lubang di tengahnya sedalam 4 cm.
4.  Penyusunan Polibag
5.    Penanaman (perlakuan) dan Pemasangan Tiang Standar dan Label.

Media arang sekam disiram sampai basah de-ngan nutrien  sebanyak 2 liter. Kemudian bagian tengah media dilubangi sebesar ukuran polibag bibit yang akan ditanam. Bibit siap ditanam. Dripper ditancapkan ke dekat batang tanaman. Pemasangan tiang standar  dilakukan pada setiap tanaman sampel
6.  Pembuatan Sistem Irigasi
Pemberian larutan nutrisi ke tanaman meng-gunakan sistem irigasi tetes. (Drip Irigation System).  Caranya selang utama diberi beberapa lubang kecil berjarak 35 cm lalu diberi pentil pada setiap lubang untuk tempat sambungan selang cabang. Setelah itu selang utama disam-bungkan ke klep (valve) yang terpasang pada sisi bawah ember, sedangkan ujung lainnya disumbat.  Ember diletakkan di atas meja atau rak khusus yang tingginya 1 meter dari lantai kemudian selang diletakkan pada posisi datar dengan menggunakan kayu Selang kecil dipasang pada pentil pipa dan ujung selang dipasang dripper modifikasi.
7.  Penyiraman dan Pemupukan ( Perlakuan)
Penyiraman dilakukan setiap hari antara pukul 07.30-16.30.  
8.  Pemeliharaan
Pembentukan dan pemilihan batang produksi, pengajiran dan pelilitan pewiwilan dan perompesan. pemberantasan hama dan penyakit.

Sumber : Yusniwati,  Irfan Suliansyah, dan Heni Dayati, Fakultas Pertanian, Universitas Andalas, Padang, 2004.
Share:

Apakah Hidroponik itu?

Apakah Hidroponik itu?

Hidroponik adalah menanam sayuran yang menyenangkan.

Terus, Hidroponik itu apa sih?

Hidroponik itu adalah budidaya tanaman dengan menempatkan akar dalam air, bukan dalam tanah. Begitu singkatnya!

Penjelasan sederhana tentang Hidroponik

Pertama, Anda perlu memahami bagaimana tanaman benar-benar tumbuh. Apakah Anda tahu bahwa mereka tidak benar-benar membutuhkan tanah sama sekali? Mereka membutuhkan nutrisi bersembunyi di dalamnya.

Budidaya secara hidroponik adalah budidaya tanaman tanpa menggunakan media tanah.  Wadah media tanam dapat berupa pot, ember atau kantong plastik.  Pada budidaya hidroponik ini media tanam bisa berupa pasir, kerikil, pecahan bata, pecahan genteng atau limbah organik seperti  sabut kelapa, akar pakis dan lain-lain. 

Media tempat tegaknya tanaman sama sekali tidak mengandung hara yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman.  Oleh karena itu unsur-unsur hara yang diperlukan tanaman ditambahkan melalui pemberian larutan unsur hara. Larutan hara dapat diberikan melaui penyiraman, penyemprotan atau pipa.  Pada budaidaya hidroponik hara yang dibutuhkan tanaman diberikan dalam bentuk larutan sehingga mudah diserap oleh akar tanaman.  Dengan demikian tanaman dapat tumbuh lebih baik dan subur.  

Semua tanaman secara teknis dapat dihidroponikkan, tanaman hias yang berhasil dihidroponikan adalah Begonia, Draecerna, Philodenron dan Sansivera (Lingga, 1984).  Tanaman sayur-sayuran yang berhasil dihidroponikkan antara lain : cabai, tomat, selada, kangkung, bayam, paprika dan lain-lain. Wijayani dan Widodo (2005) berhasil meningkatkan kualitas buah tomat dengan sistem budidaya hidroponik.


Hidroponik mampu meningkatkan optimalisasi pengguanaan lahan pekarangan yang sempit, perlu dilakukan usaha yang meningkatkan daya guna pekarangan. Manfaat yang diharapkan adalah masyarakat dapat memanfaatkan pekarangan dengan menanam tanaman sayur-sayuran di pekarangan secara hidroponik, dimana dengan cara ini pekarangan tetap bersih karena tidak menggunakan tanah dan tanaman pertumbuhannya baik karena hara yang dibutuhkan tersedia.


Bercocok tanam tanpa tanah berarti mengubah cara pemberian kebutuhan tanaman  melalui pengairan, tetapi bukan berarti kebutuhan tanaman dapat dihilangkan atau dikurangi. Demikian pula halnya dengan keperluan tanaman akan cahaya dan suhu.  Tanaman memerlukan cahaya, suhu dan kelembaban sesuai dengan aslinya.  Hal ini perlukan dipertahatikan mengingat tanman tidak akan tumbuh berkembang dengan baik tanpa cahaya dan suhu yang sesuai dengan kebutuhannya (Lingga, 1984). 


Tanaman yang akan dipindahkan pada media hidroponik terlebih dahulu akar tanaman dibersihkan dari partikel tanah yang melekat.  Pencucuian harus dilakukan hati-hati sekali, dan semua partikel tanah yang menempel pada akar dibersihkan (Lingga, 1984).  Pencucian sebaiknya dilakukan pada air mengalir dan jangan sampai merusak akar yang lunak (Soeseno, 1985).  Setelah akar-akar dibersihkan, ditanam pada wadah dalam secara hati-hati.  Ditaburkan media secukupnya sehingga menutupi akar tanaman (Douglass, 1976, Hasyim, 1984). 

Banyak kelebihan yang dimiliki sistem budidaya hidroponik dibandingkan dengan budidaya tanah. Hasyim (1984) menyatakan bahwa sistem budidaya hidroponik lebih murah dan praktis.  Kemungkinan tanaman untuk mati adakah kecil sekali, karena makanan terjamin.  Disamping itu penggunaan pupuk lebih terkontrol dan lebih efisiensi.

Diantara pupuk yang dapat digunakan untuk hidroponik adalah Lewatit HD 5.  Pemberian pupuk Lewatit HD-5 memberikan pertumbuhan terbaik untuk tanaman Begonia (Warnita, 1987).  Banyak hara lain yang dapat digunakan antara lain Douglas, Sach, Joro A dan Joro B.  

Pemberian nitrogen dengan konsentrasi tinggi akan berakibat serapannya menjadi rendah.  Terjadinya hal ini karena konsentrasi tinggi akan menyebabkan larutan hara menjadi lebih pekat melampai kepekatan cairan sel, sehingga tak dapat diserap oleh akar secara maksimum karena tekanan osmosis sel menjadi lebih kecil dibanding tekanan osmosis di luar sel sehingga kemungkinan akan terjadi aliran balik cairan sel-sel tanaman atau plasmolisis (Marschner, 1986 ; Wijayani, 2000). 


Share:

Kunjungi Halaman Kami

Cari Blog Ini

Blogroll

Like Us on Facebook

Trending now